(Jika kalian mampu memperbanyak dari istighfar, maka lakukanlah, maka sesungguhnya tiada yang lebih menyelamatkan di sisi Allah, dan tiada yang lebih di cintai oleh Allah selain dari pada istighfar )
1. IN adalah huruf syarat , juga sebagai huruf zaman
2. ISTHATA’TUM adalah fiil dan fail yang berasal dari ISTHATA’ dan ANTUM
3. 3.AN THAKTSIRU merupakan fiil yang telah di tarkip maf’ul dengan adanya AN sebagai huruf masdhar, jadi i’rafnya adalah mahal nasab, dengan mengira-ngirakan YA . adapun lafadz TAKTSIRU berasal dari TAKTSIRUNA (menggunakan NUN) namun NUN dibuang lantaran kemasukan amil nasab yaitu AN
4. MINAL ISTIGHFAR adalah jar majrur atau kata keterangan, adapun kalimat ISTIGHFAR adalah akar kata atua masdhar dari madhi ISTAGHFARA.
5. FAF’ALU , FA adalah huruf jawab syarat dari IN , dan IF’ALU adalah amar dalam bentuk jama’ dengan tanda jama’ WAWU.
Inilah sedikit urian pelajaran praktek nahwu dan sharraf untuk tingkat remaja di BINA FITRAH.
Hadits tersebut diambil dari kitab Mukhtarul hadits , bila kita simak hadits diatas tentulah kita faham bahwa kita dianjurkan untuk senantiasa memperbanyak istighfar , agar dosa-dosa yang menghalangi kedekatan kita dengan Allah dapat terhapus minimal menjadi sedikit, bukankah dosa itu ibarat dinding, yang semakin banyak dosa kita semakin tebal dinding itu, maka semakin jauh kita dari Allah.
Rasul sendiri mencontohkan Kpd kita , beliau sehari dalam sebuah haditsnya 70 kali dalam satu hari beristighfar, padahal kita tahu , beliau maksum (terbebas dari dosa) bahkan dosa-dosanya yang lalu yang akan datang bila memang ada telah Allah ampuni dan beliau mendapat jaminan surga. Lalu bagaimana dengan kita ? rasul bersabda “
(setiap anak Adam pasti pernah berdosa, dan sebaik baik orang yang berdosa adalah yang segera bertaubat al-Hadits)
Namun istighfar bukanlah hanya sekedar ucapan lisan semata tanpa berakar ke hati, melainkan suatu ucapan yang tulus , sebagai pengakuan seorang yang berdosa kepada Raabnya.
Dalam bab Taubat syekh Imam Nawawi dalam kitab RIYADUSH SHALIHIN membawakan sebuah hadits yang intinya rasa senang Allah terhadap orang yang bertaubat, dalam kata lain istighfar, seperti seorang yang Shafar atau bepergian di padang pasir yang tandus dan kering , lalu ia karena lelahnya beristirahat, dengan bekal makanan dan minuman masih tergantung dipunggung untanya, dan pada saat ia terlelap ,unta tersebut lari meninggalkan tuannya, bayangkan bagaimana perasaan musafir tadi setelah bangun, perut lapar, tenggorokan dahaga di bawah terik matahari yang menyengat. Dan pada saat kritis dan kebingungan tiba-tiba unta kembali dengan bekal utuh,tidak terbayang kegembiraan musafir tersebut, namun ternyata Allah lebih senang dari itu, karena hambanya yang kembali bersimpuh dengan ketulusan mohon anpun dari dosa-dosanya. (wallahu a’lam bissawab)
1. IN adalah huruf syarat , juga sebagai huruf zaman
2. ISTHATA’TUM adalah fiil dan fail yang berasal dari ISTHATA’ dan ANTUM
3. 3.AN THAKTSIRU merupakan fiil yang telah di tarkip maf’ul dengan adanya AN sebagai huruf masdhar, jadi i’rafnya adalah mahal nasab, dengan mengira-ngirakan YA . adapun lafadz TAKTSIRU berasal dari TAKTSIRUNA (menggunakan NUN) namun NUN dibuang lantaran kemasukan amil nasab yaitu AN
4. MINAL ISTIGHFAR adalah jar majrur atau kata keterangan, adapun kalimat ISTIGHFAR adalah akar kata atua masdhar dari madhi ISTAGHFARA.
5. FAF’ALU , FA adalah huruf jawab syarat dari IN , dan IF’ALU adalah amar dalam bentuk jama’ dengan tanda jama’ WAWU.
Inilah sedikit urian pelajaran praktek nahwu dan sharraf untuk tingkat remaja di BINA FITRAH.
Hadits tersebut diambil dari kitab Mukhtarul hadits , bila kita simak hadits diatas tentulah kita faham bahwa kita dianjurkan untuk senantiasa memperbanyak istighfar , agar dosa-dosa yang menghalangi kedekatan kita dengan Allah dapat terhapus minimal menjadi sedikit, bukankah dosa itu ibarat dinding, yang semakin banyak dosa kita semakin tebal dinding itu, maka semakin jauh kita dari Allah.
Rasul sendiri mencontohkan Kpd kita , beliau sehari dalam sebuah haditsnya 70 kali dalam satu hari beristighfar, padahal kita tahu , beliau maksum (terbebas dari dosa) bahkan dosa-dosanya yang lalu yang akan datang bila memang ada telah Allah ampuni dan beliau mendapat jaminan surga. Lalu bagaimana dengan kita ? rasul bersabda “
(setiap anak Adam pasti pernah berdosa, dan sebaik baik orang yang berdosa adalah yang segera bertaubat al-Hadits)
Namun istighfar bukanlah hanya sekedar ucapan lisan semata tanpa berakar ke hati, melainkan suatu ucapan yang tulus , sebagai pengakuan seorang yang berdosa kepada Raabnya.
Dalam bab Taubat syekh Imam Nawawi dalam kitab RIYADUSH SHALIHIN membawakan sebuah hadits yang intinya rasa senang Allah terhadap orang yang bertaubat, dalam kata lain istighfar, seperti seorang yang Shafar atau bepergian di padang pasir yang tandus dan kering , lalu ia karena lelahnya beristirahat, dengan bekal makanan dan minuman masih tergantung dipunggung untanya, dan pada saat ia terlelap ,unta tersebut lari meninggalkan tuannya, bayangkan bagaimana perasaan musafir tadi setelah bangun, perut lapar, tenggorokan dahaga di bawah terik matahari yang menyengat. Dan pada saat kritis dan kebingungan tiba-tiba unta kembali dengan bekal utuh,tidak terbayang kegembiraan musafir tersebut, namun ternyata Allah lebih senang dari itu, karena hambanya yang kembali bersimpuh dengan ketulusan mohon anpun dari dosa-dosanya. (wallahu a’lam bissawab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda