Sebagaimana yang kita pahami,
bahasa Indonesia merupakan bahasa campuran yang terdiri dari beberapa bahasa ,
di antaranya Melayu, Arab , Belanda, Sanskerta dll.
Banyak ungkapan atau istilah dari bahasa tersebut yang kita
pakai baik untuk obrolan ringan sehari-hari, seminar, presentasi membuat
artikel dll.
Namun yang patut kita ketahui ketika kita menggunakan sesuatu ungkapan
untuk hal yang urgen, maka merupakan keniscayaan
ungkapan atau kata tersebut kita kembalikan dari mana kata/ungkapan tersebut
berasal.
Contohnya kata “Iman, yang telah baku menjadi kosa-kata bahasa
Indonesia , maka sebagai konsekuensinya , kata tersebut bisa di pakai oleh
agama apa saja, begitu juga kata “Kafir. Padahal Iman mempunyai difinisi yang
jelas dalam sebuah hadits “TASDIQUN BIL QALBI WA QAULUN BILLISAN QA ‘AMALUN BIL
ARKAN (Membenarkan di hati , diucapkan di lidah dan diamalkan dengan anggota
badan), lalu apa yang dibenarkan ? tentulah ini tentang Tauhid, atau meng-
Esakan Allah yang jelas bertentangan
dengan kepercayaan agama lain.
Begitu pun dengan kata “Kafir, di samping kata kafir mempunyai
beberapa makna , di antaranya menutupi, mengingkari, juga punya ta’rif secara
syar’e.
Dengan ini marilah kita gunakan ungkapan secara Arif dan proporsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda