124. Dan Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
Keadaan buta".
125. Berkatalah ia: "Ya
Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku
dahulunya adalah seorang yang melihat?"
126. Allah berfirman:
"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan".(QS
20;124 s/d 126)
Ayat di atas merupakan kronologhi dari sebuah hukum sebab akibat atau kausalita, di mana saat
kita mengacuhkan , mengabaikan sesuatu yang sebenarnya menjadi kebutuhan kita
selaku manusia, yakni sebuah konsep kehidupan yang di tata sedemikian rupa oleh
sang pencipta manusia, yang tentu sebagi pencipta Dia Maha paling tahu akan
segala kebutuhan manusia dari sejak bangun tidurnya hingga tidur kembali,
bahkan tidur itu sendiri yang disebut al-Qur,an, dibahasakan dalam ayat ini
dengan kalimat “DZIKRI artinya “peringantan-Ku, Allah menyebutkan sebagi
peringatan yang berakar dari kata “Ingat, karena manusia sering lupa , abai
dengan fitrahnya, dan sebagi wujud kasih Allah kepada penciptanya Ia turunkan
al-Qur,an sebagai “Pengingat.
Dan saat ketika kita mengabaikan
peringatan Allah , maka bersiaplah dengan penghidupan yang sempit, boleh jadi
rizekinya sukar di dapat, namun yang lebih dekat kepada pengertian sempit yakni
hatinya yang buta dari al-Qur,an membuat manusia tak mempunya tongkat penuntun dalam
menata kehidupannya, yang ia fahami dalam Islam sangat terbatas , sangat sempit
yakni hanya berkisar pada ibadah ritual, tanpa hakikat da makna . ia menganggap
selain ibadah ritual tak ada hubungannya dengan agama, bahkan dengan Allah.
Hingga tibalah masa Kiamat baik
Sughra maupun Qubra, adapun Kiamat Sughra saat mana seorang Mukmin tak lagi
didengar doanya, tak lagi di dengar tausiah dan bimbingannya oleh anak cucunya,
lalu ia seakan protes kepada Allah, ya Allah kenapa semua ini bukankah aku dulu
juga pernah ibadah , tidak menutup mata terhadap kebajikan meski terbatas,
mengapa saat aku tua adanya aku seperti tidak adanya,.
Itulah keluhan dari seorang manusia
yang diabaikan oleh lingkungannya , karena tak ada ibrah yang bisa diambil
darinya, tak ada manfaat, karena tak ada wibawa akibat kerusakan moral dan syar’e
pada masa mudanya.
Dan kelak, dalam Kiamat yang sebenarnya,
saat semua manusia menghadapi suat masa yang baru sama sekali, bukan hanya bagi
dirinya tapi bagi seluruh ummat manusia, iapun bangkit dalam keadaan buta ,
padahal ia harus berkeliling mencari manusia utama ,agar memohonkan kepada
Allah supaya pengadilan akherat segera di gelar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda