Kak Andy

Jumat, 19 April 2013

Kemudahan yang disukai Allah



Hadits ke 41.

Betapa indahnya ajaran Islam, di antaranya ialah sunnah untuk setiap Muslim agar saling memudahkan.

Pertama : mudahkan ketika menjual ialah, dengan menjual secara jujur , dengan tidak mencurangi pembeli, yakni tidak mengambil hak pembeli secara diam-diam atau curang, baik dengan cara mengurangi takaran, timbangan serta ukuran, tidak mencampur barang yang buruk dengan yang baik dengan maksud barang yang buruk menjadi setara harganya dengan yang baik, bersumpah dengan tujuan agar pembeli menjadi tertarik , tersugesti untuk membeli dagangannya, mencampur barang yang explayer atau hampir kadaluwarsa dengan yang baru agar laku  bersamaan atau cara cara pengelabuhan yang lain yang jelas jelas merugikan pembeli

kedua : mudahkan setiap membeli, yakni jangan menyulitkan penjual, contoh  yang menyulitkan penjual ialah, memilih terlalu lama padahal yang dibeli tidak banyak, menawar terlalu rendah, meremehkan barang dagangan penjual, membandingkan harga dengan tempat lain, dan hal hal lain yang merugikan dan menyulitkan para pedagang.

Ketiga : mudah ketika membayar hutang, yakni tidak berhutang terlalu lama, juga menghutang terlalu banyak di warung yang bermodal sedikit, menepati janji saat membayar ketika berhutang, membayar lunas sebelum menghutang kembali.

Ke empat : bagi penjual tidak menyulitkan saat menagih, menyulitkan di sini boleh jadi berupa ancaman, menaikkan harga yang disepakati di luar sepengetahuan penghutang, menggelembungkan jumlah total hutang, tidak memberikan tenggang waktu ketika si penghutang sedang dililit masalah keuangan serius, tidak memberi hutangan kembali karena melihat si penghutang sedang dalam kesulitan.

Selasa, 16 April 2013

binalah diri kita sejak dini


4. Bila anak itu telah dewasa dan terbiasa dengan prilaku yang rusak, maka sulit sekali mendidik dan memperbaikinya, dan apalagi mengembalikan kepada asalnya (di ulang lagi) seperti ungkapan syair.

Berakhlaq sungguh bermanfaat sejak kecilnya

Dan tidak bermanfaat bila sudah masa tuanya.

Sungguh sebatang pohon bila telah tebal bila ingin meluruskannya

Dan tidak mungkin dapat engkau membentuknya bila telah keras.

Keterangan :

Ada sebuah ungkapan “bisa karena terbiasa, seorang anak , contohnya anak perempuan , bila sejak kecil sang anak dibiasakan dengan pakaian mini dan ketat, maka tak ada lagi rasa canggung memakai pakaian model tersebut ketika dewasanya, kebiasaan atau pembiasaan tersebut yang menjadi penyebab sang perempuan merasa biasa , enjoy atau rileks mengenakan pakaian yang menurut adat ketimuran apalagi sebagai Muslimah tersebut adalah tidak sopan.

Pengkondisian yang begitu lama telah membentuk karakter seorang anak menjadi sedemikian rupa bahkan mendarah daging dan menjadi hal yang biasa, hingga mendidik untuk di sadarkan dikembalikan kepada fitrahnya menjadi sebagai Muslimah begitu sulit, walau bukan tidak mungkin.

Seorang yang sudah dewasa pun bila terbiasa dengan hal hal yang buruk yang pada awal mulanya canggung lama kelamaan akan terbiasa dan adaptasi dengan kebiasaan buruknya, itulah yang menjadi salah satu ciri dari tanggalnya keimanan dari hati seseorang, yakni melakukan dosa tanpa rasa bersalah, karena dosa dosa itu telah berkerak dan mengkarat dalam hatinya. Seorang sahabat pernah bertanya kepada baginda nabi yang mulia.

ما هو الاثم ؟ قال : الاثم ما حاك فى نفسك و كرهت أن يطّلع الناس (الحديث)

Apakah dosa itu ? Rasulullah SAW. Menjawab “ dosa adalah yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak mau dilihat orang (al-hadits)

Itulah karakter dosa yang ada di hati atau dilakukan oleh orang beriman yakni menimbulkan rasa malu, canggung dan ganjalan saat dilakukan, namun berbahagialah bila rasa itu masih ada , karena hal itu pertanda masih adanya keimanan dalam hati kita, yang celaka manakala perbuatan dosa yang dilakukan seseorang namun tak ada lagi perasaan berdosa dan bersalah, rasa sensitivitas keimanan kita sudah kumpul, hal ini terjadi lantaran permukaan hati kita yang ibarat cermin sudah ditebali oleh noda noda dari dosa dosa yang telah lekat dan lengket berkarat, di permukaan nya.

Yuk !... binalah diri kita sejak dini, dan tak ada kata terlambat untuk kembali menata diri sesuai kehendak Allah demi menggapai ridhaNya,



Kamis, 11 April 2013

Tashrif lugawi


Tashrif lughawi

Pada pelajaran kali ini saya akan menjelaskan tentang tasrif lughawi,yakni menyatunya fiil, yang dalam contoh kali ini adalah fiil Madhi dengan isim Dhamir(kata ganti nama) dan Isim dhomir tersebut berkedudukan rafa’ (mahal rafa’) .

Kedudukan rafa’ bagi isim dhamir ialah disebabkan dalam tashrifan kali ini Isim dhomir tersebut menjadi fail atau pelaku (Sabjek),yang dapat anda lihat pada gambar yang saya garis bawahi dengan cetakan tebal.

Pada contoh dengan format png di atas saya contohkan , dengan contoh yang terdapat pada nomor 6 misalnya, yang artinya “Kamu seorang laki-laki bekerja,kalimat “kamu ,dalam contoh tersebut dapat kita fahami tentunya dengan mudah, ialah menjadi pelaku dari predikat atau fiil dengan makna “bekerja.

Lalu bagaimana  memahami diagram di atas ?

Caranya urutan ke dua setelah rukmon (nomor)  dari kanan adalah fiilnya, yakni fiil mahdi,lalu urutan ke tiga adalah isim dhamir yang lalu ditambahkan kepada fiil mahdi, dengan tujuan menjadikan sebagai faillnya,maka hasilnya  terdapat pada kotak nomor empat (fatakuna,artinya maka menjadi) dengan tulisan warna merah.

Adapun istilah yang sering dipakai dalam pelajaran Nahwu fail atau pelaku tersebut ,saat kita membaca fiilnya ialah selalu mendapat kata tanya “siapa , atau apa . contohnya” bekerja,siapa ? ..nah kata siapa adalah istilah yang menunjukkan bahwa kalimat atau kata selanjutnya adalah fail.

Sekian semoga bermanfaat..doa dari para pembaca sangat saya harapkan,karena beberapa bulan ini saya tidak mempunya waktu yang luang untuk mengisi blogg ini lantaran mengurus Orang tua yang sedang sakit, yakni adanya batu di prostatnya.
Mohon doanya sekali lagi.

lebih jelasnya failnya dapat anda download di sini 


Minggu, 07 April 2013

Akhlaq dan pandangan manusia


Dan sesungguhnya manusia kepada indahnya raut wajahmu,dan bagusnya pakaianmu, dan akan tetapi mereka melihat/menilai  kepada akhlaqmu, sebagaimana ungkapan syair.

jangan pandang seseorang kepada pakaiannya
jika kamu ingin mengenal , maka perhatikan kelakuannya
karena cendana jika kamu tidak mencium baunya
maka tidak dapat dibedakan mana gaharu mana kayu bakar.

Demikianlah ilmu ,tidak akan bermanfaat bila diikuti akhlaq yang buruk dan ilmu yang buruk dibenci orang banyak,lebih dibenci dari orang bodoh,maka wajib atasmu memperhatikan pendidikan  akhlaqmu, sebagaimana memperhatikan, menuntut ilmu  dan pengetahuan.

dalam pelajaran akhlaq di atas dijelaskan tentang betapa bernilai dan perlunya berakhlaq yang mulia,karena akhlaq bagaikan kemasan dan aksesoris yang merupakan pancaran dari hati bagi setiap orang.
karena manusia bila dinilai bukan dari penampakan bentuk, baik badan yang seksi, atletis, wajah menawan hingga memikat setiap yang memandang,juga bukan dinilai dari baju, sebagai kiasan dari strata atau kedudukan sosial di mata masyarakat, berpangkat atau berharta, atau berkedudukan , namun manusia akan dinilai dari bagusnya dia bertingkah laku, santunnya dalam bertutur kata dan sopannya dalam menampilkan sikapnya di depan manusia.

begitulah sebuah syair Arab membuat sebuah perumpamaan, bagaimana cara menilai seseorang dengan penilaian yang sangat bijak,yakni bukan berpijak penilaiannya kepada sisi akhlaq atau moral.

Bahkan betapa pun tingginya ilmu kita, bila tidak di ikuti dengan budi pekerti yang agung, maka ilmu yang kita miliki tidak akan banyak memberi manfaat, karena orang lain merasa tidak perlu atau enggan mencari atau mengambil manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh seseorang yang berakhlaq buruk.
Alangkah mulia dan indahnya orang berilmu bila di ikuti oleh prilaku yang agung, yakni bukan hanya pandai menyuruh dan membuat sebuah retorika serta segudang wacana m namun dia menjadi pelaksana utamanya, memberi contoh dengan aksi bukan hanya dengan kata-kata.

Orang berilmu yang berakhlaq tidak muluk muluk dalam mempresentasikan sesuatu wacana namun ,mengedepankan sesuatu yang realistik mudah dan ada kepastian dengan contoh yang mudah dan dekat di tiru,pandangannya sangat transedental/ jauh ke depan mementingkan banyak orang, serta menjaga nama baiknya, dalam wujud kwatir mengecewakan orang banyak.
wallahu aklam.